Mane’e, Sebuah Tradisi Kuno Manangkap Ikan yang Masih Dilestarikan Masyarakat Pulau Intata Sulawesi Utara
Jumat, Agustus 3rd 2018.Mane’e, Sebuah Tradisi Kuno Manangkap Ikan yang Masih Dilestarikan Masyarakat Pulau Intata Sulawesi Utara
Para mania, jika biasanya orang menangkap ikan dengan jaring atau kail, maka masyarakat Intata malah menggunakan janur kelapa. Ya, janur kelapa menjadi bagian dari sebuah tradisi yang telah diwariskan turun temurun di Pulau Intata, Kabupaten Talaud Sulawesi Utara. Tradisi yang diselenggarakan tiap tahun ini disebut Mane’e yang berarti menangkap ikan secara gotong royong.
Konon, tradisi ini berawal dari kelaparan hebat yang menimpa penduduk di Kepulauan Talaud. Lalu ada dua orang yang mengibas-ngibaskan janur di laut hingga banyak ikan yang datang. Melihat itu, warga meminta untuk diajari cara menangkap ikan kepada dua orang tersebut. Selain mengajari, kedua orang itu juga bersedia mewariskan alat penangkap ikan yang digunakan sebelum kembali berlayar. Sejak saat itulah tradisi Mane’e diyakini dimulai.
Mane’e biasanya dilaksanakan sekitar bulan Mei, karena pada bulan itu ada saat surut terendah air laut sebagai pertanda berakhirnya masa Eha. Eha sendiri merupakan periode pelarangan mengambil hasil laut dan darat yang berlangsung antara 3 hingga 6 bulan. Sanksi diarak berkeliling kampung dengan ikan-ikan yang digantung di badan akan diberlakukan bagi siapapun yang berani melanggarnya.

Mane’e, Sebuah Tradisi Kuno Manangkap Ikan yang Masih Dilestarikan Masyarakat Pulau Intata Sulawesi Utara
Prosesi Mane’e terdiri dari sembilan tahapan yang dilaksanakan secara berurutan dalam beberapa hari. Rangkaian tahapan itu meliputi Maraca Pundangi (memotong tali hutan), Mangolom Par’ra (permohonan kepada Tuhan), Mattuda Tampa Pane’can (menuju lokasi acara), Mamabi’u Sammi (membuat alat tangkap dari janur kelapa yang dilingkarkan pada tali hutan), Mamoto’u Sammi (menebar janur), Mamole Sammi (menarik janur ke darat), Manganu Ina (mengambil hasil tangkapan/ikan), Matahia Ina (membagi hasil) dan Manarima Alami (ucapan syukur lewat makan bersama hasil tangkapan). Semua tahapan ini dilaksanakan secara bergotong-royong dengan melibatkan semua elemen masyarakat.
Dalam prosesi Mane’e janur dirangkai menjadi sammi atau perangkap ikan sepanjang 5 kilometer. Sammi tersebut dibentangkan ke tengah laut lalu ditarik perlahan ke perairan yang lebih dangkal. Selesai digiring dengan janur, ikan-ikan akan terjebak di dekat pantai di mana warga telah berkumpul untuk mengambil ikan. Selama prosesi, Ratumbanua terlihat mondar-mandir sambil melafalkan mantra dan lainnya tak ada yang boleh berisik. Selain itu, warga juga tidak boleh memakai baju warna merah.

Mane’e, Sebuah Tradisi Kuno Manangkap Ikan yang Masih Dilestarikan Masyarakat Pulau Intata Sulawesi Utara
Hasil tangkapan ikan tak boleh langsung dibawa pulang oleh warga. Namun harus dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian baru dibagi-bagi kepada tamu dan warga masyarakat. Setelah masing-masing orang mendapatkan jatahnya, warga menuju ke pantai untuk berpesta ikan bersama.
Saat ini Mane’e tak hanya populer di Indonesia tetapi juga tersohor hingga mancanegara. Tradisi ini pun kemudian menjadi ikon pariwisata Sulawesi Utara yang bernama Festival Mane’e. Banyak wisatawan asing yang ikut meramaikan acara ini meski harus menempuh perjalanan jauh menuju pulau terpencil yang berada di perbatasan Indonesia – Filipina ini.
Itulah artikel tentang Mane’e, Sebuah Tradisi Kuno Manangkap Ikan yang Masih Dilestarikan Masyarakat Pulau Intata Sulawesi Utara,semoga bermanfaat.
Source:mancingmania.com