Memancing Malam Hari di Sungai Semayam dan Riam
Jumat, Agustus 3rd 2018.Kali ini saya akan sharing pengalaman dan cerita dari seorang pemancing yang Memancing Malam Hari di Sungai Semayam dan Riam . Dipinggiran Sungai Kapuas, Jumat malam sekira jam setengah sepuluh. Dari salah satu sudut sungai terlihat cahaya emergence lamp yang menemani dua pria dengan peralatan memancing. Pontianak Post coba menghampiri, ingin tahu lebih banyak tentang mereka yang hobi memancing pada malam hari.
Arus sungai kapuas terlihat tenang dan sedikit bergelombang. Tak lama, mereka mulai melemparkan mata pancingnya “plung” terdengar bunyi dari batu pemberat pancing yang tenggelam di air sungai.Sembari menunggu, harian ini mengajaknya berbincang-bincang ringan mengenai hobi mereka.
Duduk tepat disamping Zickry, memudahkan Pontianak Post untuk mengawali cerita. Pria berpostur tinggi gempal itu ternyata mewarisi hobi dari sang kakek. Sudah sering ikut memancing sejak usia 5 tahun bersama sang kakek mebuatnya ketagihan sampai sekarang.Lelaki lajang yang biasa disapa Jack ini rupanya seorang guru disalah satu sekolah yang ada di Kota Sanggau. Dia benar-benar menggunakan waktu luangnya hanya untuk memancing dipinggir sungai bersama rekannya.
“Awalnya hanya ikut-ikutan kakek mancing, lama-lama jadi suka. Sekarang lebih sering malam hari, karena kalau pagi kan kerja. Ya untuk cari hiburan aja,” ujar pria 24 tahun ini.
Meski asyik bercerita, dia juga sesekali memeriksa pancingannya yang ditarik oleh sesuatu. Dia perlahan mengangkat pancingnya. Sayang pancingnya malah tersangkut di kayu.
“Kalau sangkut gini kadang mau emosi,” katanya sambil tertawa.
Dia kemudian berhasil mengambil mata pancing yang tersangkut dan memasang umpan kembali. Tidak lama dia telah menempatkan kembali pancingannya ditempat yang sama. Memancing, kata dia, butuh suasana yang tenang.
“Kalau mancing yang penting mau sabar. Salah satunya sabar digigit nyamuk,” ujar dia.
Pinggiran Sungai Kapuas,lanjut dia, menjadi tempat favorit baginya untuk memancing. Pria empat bersaudara itu mengatakan kalau memancing pada malam hari memang beresiko terutama binatang berbisa, misalnya lipan atau bahkan ular air. Resiko lain, kalau tiba-tiba hujan atau jatuh atau terpeleset. “Resikonya memang ada. Tapi kalau dah namanya hobi susah ditinggalkan. Paling kita hati-hati dan bawa persiapan untuk antisipasi,” katanya menceritakan.
Dengan penerangan yang terbatas, memancing pada malam hari memang lebih banyak menggunakan feeling. Yang tidak kalah penting juga faktor keberuntungan. “Mancing malam ni untung-untungan. Biasa dapat, biasa pulang dengan tangan hampa,” ungkapnya.
Tak ingin mengabaikan rekan Jack, harian ini coba mendekati Herdia, 28 tahun. Malam semakin larut, tapi belum satu pun ikan didapat keduanya. Sembari memperkenalkan diri, harian ini coba berbincang ringan dengan Herdi-begitu dia dipanggil.
Pria beranak satu ini sebelumnya pernah bergabung dalam club memancing castinger yang ada di Sanggau. Meski tak lagi aktif, dia tetap menyalurkan hobinya. Selain di Sungai Kapuas, dia biasanya menyalurkan hobinya itu di Sungai Sekayam dan Sungai Riam.
“Kalau kondisi air bagus biasanya baru mancing. Jadi bisa dibilang ngikuti mood,” ujar atlet voli Sanggau ini.
Memancing seperti yang dilakukannya memang bukan menargetkan jumlah ikan yang dipancing, karena sifatnya hanya hiburan. “Syukur kalau dapat. Kalau gak dapat ya gak papa,” guraunya.Harian ini coba menanyakan apakah dia suka dapat udang atau ikan. Dia ternyata lebih senang memancing udang ketimbang ikan. “Mancing udang ni ada seninya. Narik tali pancingnya pun harus pelan-pelan, bukan asal tarik,” jelas dia.
Memancing Malam Hari di Sungai Semayam dan Riam
source : pontianakpost.co.id