Ngoyor di Mahoni
Kamis, Agustus 2nd 2018.Hujan rintik-rintik sejak malam hingga pagi, mengguyur kawasan Depok dan sekitarnya. Pagi itu pukul 8, kami tiba di Setu Mahoni Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok. UI yang dikenal sebagai kawasan hutan kota asri dan nyaman, dikenal pemancing banyak kumpulan setu.
Ya, sebelum dibangun UI dulunya rawa. Tahun 1986 UI berdiri, selanjutnya oleh pihak kampus dibuatlah setu-setu buatan yang fungsinya dilestarikan untuk resapan air dan pengendali banjir. Setu ini kemudian dipelihara dan dipertahankan keasliannya oleh UI.
Jika kita berada di sisi setu, udara sejuk dan bersih serta pemandangan indah akan dirasakan. Sebab itulah Kampus UI bertekad menjaga keberadaan dan fungsi setu sebagaimana mestinya dengan melakukan normalisasi pengerukan dan pembuatan setu baru serta melakukan pembersihan secara berkala.
Dari sekian setu yang ada, Setu Mahoni paling ramai didatangi pemancing. Ada 6 setu di UI, dari ke 6 tersebut diambil dari nama bunga dari kepanjangan “KAMPUS” yaitu Kenanga, Agathis, Mahoni, Puspa, Ulin dan Salam. Selain 6 setu masih ada 2 setu lagi yaitu satu danau kecil dan satu lagi tengah dibuat, namun belum dinamai.
Setu Mahoni ada di sebelah Utara dan Selatan kampus yang dibatasi jalan utama lingkar selatan (Sebelah timur FIB & PSI, sebelah Barat FE). Mahoni dibangun tahun 1996 dengan luas 45.000 m2. Airnya berwarna hijau kecoklatan mengalir tenang di antara Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ekonomi (FE), dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB).
Ikan-ikan di Mahoni sesekali menimbulkan riak air. Para pemancing disini mencari tempat di sisi setu untuk menuai rezeki atau sekadar memuaskan hobi sembari menunggu ikan-ikan menyambar umpan. Pemancing yang ingin mancing biasanya duduk di tepi setu yang banyak ranting untuk mengaitkan alat pancingnya. Bahkan, alat pancing yang dibawa berjumlah lebih dari satu.
Dari sekian pemancing ada beberapa diantaranya menggunakan piranti tegek. Sasaran mereka selain ikan nila, mujair juga ikan gabus. Saat kabarmancing.com melewati jembatan ‘Teksas’ alias jembatan Teknik Sastra yang melintasi Setu Mahoni sepanjang 50 meter, di bawah jembatan tampak permukaan perairan tidak terawat, keruh, dipenuhi oleh limbah domestik, dan tampak berbuih, yang diduga akibat aktivitas domestik masyarakat di sekitarnya. Sedangkan saluran airnya pun nampak kotor dan berbuih.
Ngoyor di Mahoni
kabarmancing.com